- Kegiatan Seru untuk Gantikan Waktu Bermain Game Anak
- Berita Pergerakan Hamas Terbaru: Apa yang Perlu Anda Ketahui
- Strategi Affiliate Marketing untuk Monetisasi Blog Anda
- Strategi Terbaik untuk Monetisasi Blog Anda
- Mainan Kreatif yang Mengasah Imajinasi Anak
- Membedah Keakuratan Data Quick Count Pilkada 2024
- Makanan Berserat Tinggi: Rekomendasi untuk Anak yang Susah Makan
- Menulis untuk Kesehatan Mental
- Review: Minuman Herbal untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
- Makanan Organik vs. Konvensional: Mana yang Terbaik?
Edisi 11 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Muddatstsir Ayat 1-7 (Bagian 2)

بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
يَا
أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ. وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ. وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ. وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ. وَلِرَبِّكَ
فَاصْبِرْ.
Baca Lainnya :
- Edisi 10 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Muddatstsir Ayat 1-7 (Bagian 1)0
- Edisi 9 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 190
- Edisi 8 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 15-190
- Edisi 7 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 11-140
- Edisi 5 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 6-7 (Bagian 2)0
“Hai
orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan
Rabbmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah.” (QS
Al-Mudattsir: 1-7)
Penjelasan
1. Khithâb
(seruan) ayat ini ditujukan kepada al-muddatstsir (orang yang berselimut). Para
ulama sepakat bahwa yang dipanggil dengan sebutan tersebut adalah Nabi Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wa sallam.[1]
2. Kata
al-muddatstsir berarti orang yang berselimut dengan pakaian untuk tidur
atau untuk kehangatan.[2] Makna
ini pula yang disampaikan oleh sebagian besar mufasir. Menurut Qatadah, makna
al-muddatstsir adalah orang yang berselimut dalam pakaiannya.[3]
3. Ibnu
Jarir ath-Thabari juga berkata, “Wahai orang yang berselimut dengan pakaiannya
ketika tidur!” Menurut Ath-Thabari, Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa
sallam dipanggil demikian karena ketika itu beliau sedang berselimut dengan
kain beludru.[4] Ini
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibrahim, Qatadah, dan Aisyah.[5]
4. Penjelasan
serupa dikemukakan oleh Al-Qurthubi. Menurut Al-Qurthubi, ayat ini bermakna,
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ أَيْ
يَا ذَا الَّذِيْ قَدْ تَدَثَّرَ بِثِيَابِهِ، أَيْ تَغْشَى بِهَا وَنَامَ
“Wahai orang yang berselimut dengan pakaiannya.” Yakni yang menutupi
diri dengan selimut dan tidur.[6]
Al-Qurthubi menjelaskan tentang hikmah di balik panggilan ini. Kata
beliau:
مُلَاطَفَةٌ فِي الْخِطَابِ مِنَ
الْكَرِيْمِ إِلَى الْحَبِيْبِ إِذَ نَادَاهُ بِحَالِهِ، وَعَبَّرَ عَنْهُ بِصِفَتِهِ،
وَلَمْ يَقُلْ يَا مُحَمَّدُ وَيَا فُلَانُ، لِيَسْتَشْعِرَ اللَّيِّنَ وَالْمُلَاطَفَةَ
مِنْ رَبِّهِ
Panggilan ini merupakan
panggilan yang memperlihatkan kelembutan dari Al-Karîm, Zat Yang Maha Mulia
yang memanggil kekasih yang Dia cintai sebab Dia memanggil Nabi saw. dengan
menyebut kondisi beliau. Allah Swt. tidak memanggil beliau, “Wahai Muhammad!”
atau “Wahai Fulan!” agar beliau merasakan kelembutan dan kasih sayang dari
Tuhannya.[7]
5. Kemudian
Allah ta’ala berfirman, “Qum fa andzir (Bangunlah, lalu berilah
peringatan!)“.
Kata andzir (peringatkanlah) merupakan fi’l al-amr
(kata perintah) dari kata al-indzâr (peringatan). Secara bahasa, kata tersebut
berarti pemberitahuan yang disertai dengan ancaman menakutkan.[8]
6. Ini
merupakan perkara yang diperintahkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammd shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Beliau diperintah dengan firman-Nya, “Qum
(bangunlah).“ Jika dikaitkan dengan panggilan yang digunakan untuk menyeru
beliau, yakni al-muddatstsir (berselimut), maka artinya: bangun dan
berdiri dari tidurnya. Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata, “Bangunlah dari
tidurmu.”[9]
Ini sebagaimana diterangkan Qatadah yang berkata,
أَيْ
أَنْذِرْ عَذَابَ اللهِ وَوَقَائِعَهُ فِي الْأُمَمِ، وَشِدَّةَ نِقْمَتِهِ.
“Sampaikan peringatan tentang adanya azab Allah dan berbagai
peristiwa yang menimpa umat-umat serta dahsyatnya hukuman-Nya.”[10]
7. Ibnu
‘Asyur juga mengatakan bahwa tidak disebutkannya maf’ûl dalam ayat ini
memberikan makna umum, yakni seluruh manusia. Dengan demikian maknanya,
ومفعول أنذر محذوف
لإِفادة العُموم ، أي أنذر الناس كلهم وهم يومئذٍ جميع الناس ما عدا خديجة رضي
الله عنها فإنها آمنت فهي جديرة بالبشارة
“Berikanlah peringatan kepada manusia seluruhnya.” Mereka saat itu
adalah seluruh manusia selain Khadijah ra. sebab, beliau telah beriman dan pantas
mendapatkan kabar gembira.[11]
8. Ayat
kedua ini merupakan penetapan Rasulullah sebagai Rasul. Ibnu Katsir rahimahullaahu
ta’ala mengatakan,
وبهذا
حصل الإرسال ، كما حصل بالأول النبوة
Perintah
ini merupakan penetapan beliau sebagai rasul sebagaimana dalam wahyu sebelumnya
telah menetapkan beliau sebagai nabi.[12]
____________________________________
1. Ar-Razi,
Mafâtîh al-Ghayb, vol. 30, 696; Al-Khazin, Lubâb at-Ta‘wîl fî Ma’ânî
at-Tan‘zîl, vol. 4, 362; Az-Zuhaili, At-Tafsîr al-Munîr, vol. 29, 218
2. Ar-Razi,
Mafâtîh al-Ghayb, vol. 30, 696; Al-Khazin, Lubâb at-Ta‘wîl fî Ma’ânî
at-Tan‘zîl, vol. 4, 326; Az-Zuhaili, At-Tafsîr al-Munîr, vol. 29, 215
3. Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta‘wîl Al-Qur‘ân, vol. 23, 9
4. Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta‘wîl Al-Qur‘ân, vol. 23, 7
5. Abu Hayyan al-Andalusi, Al-Bahr al-Muhîth, vol. 10, 326
6. Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qur’ân, vol. 19, 59
7. Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qur’ân, vol. 19, 61
8. Al-Asfahani, Al-Mufradât fî Gharîb Al-Qur‘ân, 797
9. Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta‘wîl Al-Qur‘ân, vol. 23 ,9
10. Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta‘wîl Al-Qur‘ân, vol. 23, 9
11. Ibnu ‘Asyur, At-Tahrîr wa at-Tanwîr, vol. 29, 295
12. Ibnu Katsir, Tafsîr Al-Qur‘ân al-‘Azhîm, vol.
8, 262
