- Kegiatan Seru untuk Gantikan Waktu Bermain Game Anak
- Berita Pergerakan Hamas Terbaru: Apa yang Perlu Anda Ketahui
- Strategi Affiliate Marketing untuk Monetisasi Blog Anda
- Strategi Terbaik untuk Monetisasi Blog Anda
- Mainan Kreatif yang Mengasah Imajinasi Anak
- Membedah Keakuratan Data Quick Count Pilkada 2024
- Makanan Berserat Tinggi: Rekomendasi untuk Anak yang Susah Makan
- Menulis untuk Kesehatan Mental
- Review: Minuman Herbal untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
- Makanan Organik vs. Konvensional: Mana yang Terbaik?
Edisi 12 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Muddatstsir Ayat 1-7 (Bagian 3)

Kajian Tafsir Tartibun-Nuzul (Edisi 12)
Tafsir Surat Al-Muddatstsir (Bag. 3)
Baca Lainnya :
- Edisi 11 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Muddatstsir Ayat 1-7 (Bagian 2)0
- Edisi 10 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Muddatstsir Ayat 1-7 (Bagian 1)0
- Edisi 9 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 190
- Edisi 8 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 15-190
- Edisi 7 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 11-140
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
يَا
أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ. وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ. وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ. وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ. وَلِرَبِّكَ
فَاصْبِرْ.
“Hai
orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan
Rabbmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah.” (QS
Al-Mudattsir: 1-7)
Penjelasan
1.
Kemudian Allah ta’ala berfirman,
وَرَبَّكَ
فَكَبِّرْ
“Dan Rabbmu, agungkanlah!).”
Huruf al-wâwu men-‘athf-kan kalimat dalam ayat ini dengan
kalimat dalam ayat sebelumnya, “Qum fa andzir (Bangunlah, lalu berilah
peringatan!).” Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam
diperintahkan untuk bertakbir kepada Allah ta’ala. Kata kabbir merupakan
fi‘l al-amr (kata perintah) dari kata kabbara yang bermakna ‘azhzhim
(agungkanlah). Demikian menurut banyak ahli tafsir.[1]
2.
Menurut Ibnu ‘Asyur, kata kabbir dimasuki
huruf al-fâ` menunjukkan adanya syarat yang dihilangkan. Dengan
demikian, kata kabbir merupakan jawaban darinya.
Syarat tersebut bersifat umum karena tidak ada dalil yang menunjukkan
adanya syarat tertentu. Syarat yang diperkirakan tersebut adalah al-maf’ûl
yang didahulukan sebab al-maf’ûl yang didahulukan kadang menempati
kedudukan sebagai syarat.
Jadi kalimat aslinya diperkirakan, “Menjadi apa pun, agungkanlah Rabbmu.”
Dengan demikian makna ayat ini adalah, “Janganlah berhenti menyatakan
pengagungan kepada Allah ta’ala. dan menauhidkan-Nya dalam setiap waktu
dan keadaan.” Ini termasuk al-îjâz atau peringkasan kalimat.[2]
3.
Hal senada juga dikemukakan oleh Syihabuddin
al-Alusi.
والفاء
هنا وفيما بعد لإفادة معنى الشرط فكأنه قيل وما كان، أي أي شيء حدث فلا تدع تكبيره
عز وجل
Huruf at-tâ‘ tersebut memberikan makna syarat. Jadi seolah
dikatakan, “Apa pun yang terjadi, jangan tinggalkan bertakbir kepada-Nya.”[3]
4.
Menurut Ibnu Jarir ath-Thabari, Allah ta’ala.
berfirman,
وَرَبَّكَ يَامُحَمَّدُ فَعَظِّمْ
بِعِبَادَتِهِ، وَالرُّغْبَةِ إِلَيْهِ فِي حَاجَاتِكَ دُوْنَ غَيْرِهِ مِنَ الْآلِهَةِ
وَالْأَنْدَادِ.
“Kepada Rabbmu, wahai Muhammad, fa ‘azhzhim (agungkanlah) dengan
penyembahan dan permohonan sungguh-sungguh kepada-Nya dalam segala keperluanmu
tanpa menoleh sedikit pun kepada sesembahan dan tandingan-tandingan
selain-Nya.”[4]
5.
Abu Bakar al-Jazairi berkata,
أي
وربّك فعظمه تعظيماً يليق بجلاله وكماله فإِنه الأكبر الذي لا أكبر منه والعظيم
الذي لا أعظم منه فأعلن عن ذلك بلسانك قائلا الله أكبر وبحالك فلا تذل إلا له ولا
ترغب إلا فيه وكبره بأعمالك فلا تأت منها إلاّ ما أذن لك فيه أو أمرك به
“Agungkanlah Rabbmu dengan pengagungan yang sesuai dengan kemuliaan
kesempurnaan-Nya. Karena Dialah Yang Maha Besar. Tidak ada yang lebih besar
dari-Nya. Dia Yang Maha Agung. Tidak ada yang lebih agung dari-Nya. Oleh karena
itu, umumkanlah hal itu melalui lisanmu dengan berkata, “AlLahu Akbar“ (Allah
Maha Besar) dan perbuatanmu. Janganlah engkau menghinakan dirimu kecuali hanya
kepada-Nya dan janganlah engkau mencintai kecuali karena-Nya. Agungkanlah Allah
dengan segala perbuatanmu. Oleh karena itu, janganlah engkau melakukan sesuatu
yang tidak diizinkan Allah atau Dia perintahkan kepadamu.”[5]
6.
Menurut Ibnu al-‘Arabi, at-takbîr adalah at-ta’zhîm
(pengagungan). Artinya, mengingat Allah ta’ala dengan sifat-Nya yang
paling agung dengan hati, memuji-Nya dengan lisan dengan puncak pujian serta
ketundukan kepada-Nya dengan puncak ibadah, sebagaimana bersujud kepada-Nya
dengan penuh kehinaan dan ketundukan.[6]
7.
Frasa Rabbaka (Rabbmu) berkedudukan
sebagai al-maf’ûl (objek) dari fi’l (kata kerja perintah) kabbir (agungkanlah,
besarkanlah). Kata itu didahulukan memberikan makna al-ikhtishâsh (pengkhususan).
Artinya, janganlah kamu mengagungkan yang lainnya. Itu merupakan pembatasan
secara khusus. Artinya, bukan patung-patung.[7]
8.
Kata takbir, yakni Allahu Akbar,
diperintahkan dalam banyak ibadah, seperti dalam azan, ikamah, salat,
Idulfitri, Iduladha, dan lain-lain. Bahkan dalam salat ia dijadikan sebagai
pembukanya dan dibaca setiap memulai gerakan lainnya kecuali sesudah rukuk. Wallaahu A’lam.
____________________________________
1. Ibnu Katsir, Tafsîr
Al-Qur‘ân al-‘Azhîm, vol. 8, 262; Al-Khazin, Lubâb at-Ta‘wîl fî Ma’ânî
at-Tan‘zîl, vol. 4, 362; Al-Jazairi, Aysar at-Tafâsîr, vol. 5, 463
2. Ibnu ‘Asyur,At-Tahrîr wa at-Tanwîr, vol.
29, 296
3. Al-Alusi, Ruh al-Ma’ânî, vol. 15, 130
4. Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta‘wîl Al-Qur‘ân,
vol. 23, 9
5. Al-Jazairi, Aysar at-Tafâsîr, vol. 5, 463
6. Ibnu ‘Arabi, Ahkâm Al-Qur`ân, vol. 4,
339
