- Balasan Sesuai Dengan Amalan
- Kegiatan Seru untuk Gantikan Waktu Bermain Game Anak
- Berita Pergerakan Hamas Terbaru: Apa yang Perlu Anda Ketahui
- Strategi Affiliate Marketing untuk Monetisasi Blog Anda
- Strategi Terbaik untuk Monetisasi Blog Anda
- Mainan Kreatif yang Mengasah Imajinasi Anak
- Membedah Keakuratan Data Quick Count Pilkada 2024
- Makanan Berserat Tinggi: Rekomendasi untuk Anak yang Susah Makan
- Menulis untuk Kesehatan Mental
- Review: Minuman Herbal untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
Balasan Sesuai Dengan Amalan

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ ِباللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ
مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ [1]
Baca Lainnya :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ
مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ
ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ
عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا [2]
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا. يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ
لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا
عَظِيمًا [3]
أَمَّا بَعْدُ :
فَإِنَّ
خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ
ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
اَللهُ
أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Hari ini kita berkumpul di tempat ini mengumandangkan kalimat takbir, tahmid, dan
tahlil sebagai wujud syukur dan rasa gembira karena telah selesai menunaikan
kewajiban shaum Ramadhan. Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
menyampaikan,
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ
فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan.
Kegembiraan ketika ia berbuka, dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan
Rabb-Nya.[4]
Diantara kegembiraan yang dialami
orang yang shaum sebagaimana yang dikatakan Mulla Ali Al-Qari Al-Hirawi rahimahullaahu
ta’ala dalam Marqatul-Mafatih syarh Misykatil Mashbahih,
فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ» " أَيْ
إِفْطَارِهِ بِالْخُرُوجِ عَنْ عُهْدَةِ الْمَأْمُورِ، أَوْ بِوِجْدَانِ
التَّوْفِيقِ لِإِتْمَامِ الصَّوْمِ،
Kegembiraan saat berbuka karena telah
terbebas dari tanggungan perintah Allah atau sebab mendapatkan pertolongan
dapat menyempurnakan puasa.[5]
الله
اكبر 3x وَلِلّه
الْحَمْدُ
Hadirin
kaum muslimin wal muslimat sidang ‘ied rahimakumullaahu ta’ala,
Ketika menyampaikan Khuthbah Idul-Fithri, Umar
bin Abdul Aziz rahimahullaahu ta’ala berkata,
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ صُمْتُمْ للهِ ثَلَاثِيْنَ
يَوْمًا وَقُمْتُمْ ثَلَاثِيْنَ لَيْلَةً وَخَرَجْتُمُ الْيَوْمَ تَطْلُبُوْنَ مِنَ
اللهِ أَنْ يَتَقَبَّلَ مِنْكُمْ
“Wahai
sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah
melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada
Allah agar amalan kalian diterima.
كَانَ بَعْضُ السَّلَفِ يَظْهَرُ عَلَيْهِ الْحَزَنُ يَوْمَ
عِيْدِ الْفِطْرِ
Namun sebagian salaf
malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri.
فَيُقَالُ لَهُ : إِنَّهُ يَوْمُ
فَرْحٍ وَسُرُوْرٍ
Dikatakan kepada
mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.”
فَيَقُوْلُ : صَدَقْتُمْ وَلكِنِّي عَبْدٌ أَمَرَنِي مَوْلَايَ
أَنْ أَعْمَلَ لَهُ عَمَلًا فَلَا أَدْرِي أَيَقْبَلُهُ مِنِّي أَمْ لَا؟.
Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan
tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk
beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah
tidak.”[6]
Di
hadapan Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallaahu ‘anha, Rasulullaah shallallaahu
‘alaihi wa sallam membacakan ayat 60 surat Al-Mu’minun,
وَٱلَّذِينَ
يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ
رَٰجِعُونَ
”Dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati
yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada
Rabb mereka.”[7]
Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallaahu ‘anha ketika
mendengar ayat ini, beliau merasa heran dikarenakan tabiat asli manusia ketika
telah mengerjakan suatu amal shalih, jiwanya akan merasa senang. Namun
dalam ayat ini Allah ta’ala memberitakan suatu kaum yang melakukan
amalan shalih, akan tetapi hati mereka justru merasa takut. Maka beliau pun
bertanya kepada kekasihnya, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
أَهُمُ
الَّذِينَ يَشْرَبُونَ الْخَمْرَ وَيَسْرِقُونَ
“Apakah
mereka orang-orang yang meminum khamr & mencuri?
Maka
Rasulullah pun menjawab,
لَا,
يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ! وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ
وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ أُولَئِكَ
الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
”Tidak
wahai ’Aisyah. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, menegakkan shalat &
bersedekah akan tetapi mereka merasa takut amalan yang telah mereka kerjakan
tak diterima di sisi Allah. Mereka itulah golongan yang senantiasa
berlomba-lomba dlm mengerjakan kebajikan.”[8]
Ketika selesai merenovasi Baitullaah, Nabi Ibrahim dan putranya
berdo’a,
رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ
إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ
"Ya Rabb kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".[9]
Ketika membaca ayat ini, Wuhaib bin Al Ward rahimahullaahu
ta’ala pun menangis, seraya berkata:
يَا خَلِيلَ
الرَّحْمَنِ، تَرْفَعُ قَوَائِمَ بَيْتِ الرَّحْمَنِ وَأَنْتَ مُشْفق أَنْ لَا
يَتَقَبَّلَ مِنْكَ
“Wahai kekasih Ar Rahman. Engkau meninggikan rumah Ar Rahman,
lalu engkau takut amalanmu itu tidak diterima oleh Ar Rahman.”[10]
Pantas
kalau para shahabat sebagaimana yang disampaikan Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullaah,
ثُمَّ
يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
” Kemudian mereka pun berdo’a selama 6 bulan agar amalan
yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya.”[11]
الله
اكبر 3x وَلِلّه الْحَمْدُ
Hadirin kaum muslimin wal muslimat sidang ‘ied rahimakumullaahu
ta’ala,
Keinginan agar amalan di bulan Ramadhan di terima Allah
ta’ala, mendorong kita untuk istiqamah beramal setelahnya, Hasan Bashri rahimahullaahu
ta’ala mengatakan,
إِنَّ مِنْ جَزَاءِ
الْحَسَنَةِ اَلْحَسَنَةَ بَعْدَهَا
“Sesungguhnya diantara balasan atas
kebaikan adalah kebaikan setelahnya.”[12]
Ada
seseorang bertanya pada Bisyr Al Hafi rahimahullaahu ta’ala,
أَنَّ
قَوْمًا يَتَعَبَّدُوْنَ فِي رَمَضَانَ وَيَجْتَهِدُوْنَ فِي الْأَعْمَالِ، فَإِذَا
انْسَلَخَ تَرَكُوْا؟
Suatu kaum, mereka beribadah dan bersungguh-sungguh melakukan
amalan ibadah di bulan Ramadhan. Akan tetapi, ketika Ramadhan berakhir
mereka pun meninggalkan amalan ibadah tersebut.
Beliaupun menjawab,
بِئْسَ
الْقَوْم قَوْمٌ لَايَعْرِفُوْنَ اللهَ إِلَّا فِي رَمَضَانَ.
"Sejelek-jelek kaum adalah mereka yang
hanya mengenal Allah Ta'ala di bulan Ramadhan."[13]
الله
اكبر 3x وَلِلّه
الْحَمْدُ
Hadirin
kaum muslimin wal muslimat sidang ‘ied rahimakumullaah,
Namun satu hal yang harus kita
sadari, bagaimanapun upaya yang kita lakukan untuk istiqamah beramal, selalu
ada kekurangan ada kekurangan didalamnya. Pantas kalau Allah ta’ala di surat
Fushshilat (41) ayat 6 menggandengkan perintah istiqamah dengan istighfar,
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ
Maka istiqomahlah (tetaplah pada
jalan yang lurus) menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.[14]
Iman Ibnu Rajab rahimahullaahu
ta’ala mengomentari penggandengan perintah ini,
إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّهُ
لَابُدَّ مِنْ تَقْصِيْرٍ فِي اْلإِسْتِقَامَةِ الْمَأْمُوْرِ بِهَا فَيُجِيْرُ ذلِكَ
الْإِسْتِغْفَارِ
“Ini merupakan isyarat bahwa pasti terjadi
kekuarangan di dalam (menjalankan) istiqomah yang diperintahkan, maka
diperbaiki dengan istighfar.”[15]
Yahya bin Mu’adz pernah berkata,
لَيْسَ بِعَارِفٍ مَنْ
لَمْ يَكُنْ غَايَةُ أَمْلِهِ مِنَ اللهِ العَفْوَ
“Bukanlah orang yang arif (bijak)
jika ia tidak pernah mengharap pemaafan (penghapusan dosa) dari Allah.”[16]
الله
اكبر 3x وَلِلّه
الْحَمْدُ
Ketika berharap mendapatkan ampunan
Allah rabbul-‘aalamiin, ada amalan yang mengundang datangnya ampunan itu. Allah
ta’ala berfirman,
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا
أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak
ingin bahwa Allah mengampuni kalian? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.[17]
Ayat ini
turun berkenaan dengan Abu Bakar ash-shiddiq radhiyallaahu ‘anhu yang bersumpah
tidak akan lagi menyantuni Mistah Ibnu Asasah. Mistah adalah putra bibi Abu
Bakar, ia seorang pemuda miskin, yang kebutuhan hidupnya dipenuhi Abu Bakar.
Namun ia pernah terpeleset, ikut menyebarkan fitnah terhadap Ummul-Mu’minin
‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha. Ketika Abu Bakar mengetahuinya, ia marah dan
berkata,
وَاللَّهِ لَا أَنْفَعُهُ بِنَافِعَةٍ
أَبَدًا،
Demi Allah, aku tidak akan memberinya bantuan lagi barang sedikit pun,
selamanya."
Allah ta’ala menegurnya dengan ayat tersebut,
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Maka Abu Bakarpun spontan berkata,
بَلَى، وَاللَّهِ إِنَّا نُحِبُّ -يَا
رَبَّنَا -أَنْ تَغْفِرَ لَنَا
Lalu beliau mendatangi Misthah dan berkata,
وَاللَّهِ لَا أَنْزَعُهَا مِنْهُ أَبَدًا
"Demi Allah, aku tidak akan mencabutnya selama-lamanya."
Ketika kita ingin dimaafkan Allah ta’ala, maka belajarlah untuk
berlapang dada memaafkan. Ada ungkapan,
فَإِنَّ الْجَزَاءَ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ
Sesungguhnya
balasan itu, sesuai dengan jenis amalnya.
الله
اكبر 3x وَلِلّه
الْحَمْدُ
Hadirin
kaum muslimin wal muslimat sidang ‘ied rahimakumullaahu ta’ala,
Mengakhiri khuthbah ini mari kita
tundukkan kepala, bermunajat kepada Allah ta’ala, penguasa alam semesta,
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ
مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ[18]
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ بِأَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
كُفُوًا أَحَدٌ[19]
لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ
إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ[20]
رَبَّنَا
ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا
تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ
رَّحِيمٌ [21]
رَبَّنَا
لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ
إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ [22]
رَبَّنَآ
أَفۡرِغۡ عَلَيۡنَا صَبۡرٗا وَثَبِّتۡ أَقۡدَامَنَا وَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ
ٱلۡكَٰفِرِينَ[23]
رَبَّنَا
هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا
لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا [24]
رَبَّنَآ
ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ
ٱلنَّارِ [25]
[1] QS
Ali ‘Imran (3) : 102
[2] QS
An-Nisaa’ (4) : 1
[3] QS
Al-Ahzab (33) : 70-71
[4] HR
Muslim no. 1945
[5] Al-Mulla Al-Qari, Marqatul Mafatih
Syarh Misykatil Mashabih, (Beirut, Darul Fikr: 1422 H/2002 M), juz IV, halaman
1363)
[6] Lathaiful-Ma’arif
hal. 209
[7] QS Al Mukminun (23) : 60
[8] HR
Tirmidzi nomor 3175. Imam Al Albani menshahihkan hadits ini dlm Shahihut
Tirmidzi nomor 2537
[9] QS Al-Baqarah (2) : 127
[10] Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/427
[11] Lathaaiful Ma’arif hal. 232
[12] http://alukah.net
[13] Miftahul Afkar li ta`ahhub li-daril qarar 2/23
[14] QS Fushshilat (41) : 6
[15] Jami’ul-Ulum wal-Hikam hal. 205
[16] Lathaif Al-Ma’arif, hal. 362-363
[17] QS An-Nur (24) : 22
[18] Redaksi
shalawat ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Bukhari 4/118, 6/27, dan 7/156, Muslim 2/16, Abu Dawud no. 976, 977, 978,
At Tirmidzi 1/301-302, An Nasa-i dalam "Sunan" 3/47-58 dan
"Amalul Yaum wal Lailah" no 54, Ibnu Majah no. 904, Ahmad 4/243-244,
Ibnu Hibban dalam "Shahih" nya no. 900, 1948, 1955, Al Baihaqi dalam
"Sunanul Kubra" 2/148 dan yang lainnya
[19]
Sunan Tirmidzi no. 3812
[20] QS
Al-Anbiyaa’ (22) : 87)
[21] QS
Al-Hasyr (59) : 10
[22] QS
Ali ‘Imran (3) : 8
[23] QS
Al-Baqarah (2) : 250
[24] QS
Al-Furqan (25) : 74
[25] QS
Al-Baqarah (2) : 201
