Kaya dan Miskin Adalah Ujian Bagi Orang Beriman

By Redaksi 22 Jan 2024, 09:31:53 WIB Nasihat Singkat
Kaya dan Miskin Adalah Ujian Bagi Orang Beriman

Berfirman Allah di dalam QS. Al-Fajr : 15-16:

 

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ

Baca Lainnya :

“Maka adapun manusia, apabila  Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.          

وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ

“Namun apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku”.

 

Kekayaan dan kemiskinan adalah sebuah ujian dan  cobaan, dan bukan sebagai indikator mulia atau hinanya seseorang.

 

Ada 4 hal penting yang bisa menjadikan harta kekayaan seseorang bisa terangkat derajatnya, sehingga menjadi seorang yang dimuliakan.

1.    Memuliakan anak yatim

Dalam arti mengasuh dan mendidiknya hingga menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berkedudukan sama dengan dirinya (berkemampua, baik akal dan maalnya).

2.    Saling mengajak dan memberikan makan buat orang-orang miskin

Dalam arti membuka dan menciptakan lapangan pekerjaan dan memfasilitasi serta membinanya dengan baik hingga berdiri tegak dan mampu berdikari sendiri.

3.    Memakan harta warisan tanpa mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram)

Pada dasarnya semua harta yang dimakan merupakan warisan turun temurun yang harus dijaga kesuciannya tidak boleh ternodai oleh keserakahan dan ketidakadilan apalagi digunakan untuk sesuatu yang diharamkan.

4.    Tidak mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan

Karena harta merupakan titipan yang harus dipertanggung jawabkan kepemilikannya & pemanfaatannya dari yang Maha Kuasa untuk dipergunakan bagi kemakmuran & kesejahteraan semua orang bukan untuk bersenang-senang melampiaskan hasrat dan keserakahan apalagi mengotorinya dengan kemaksiatan dan mengadakan kerusakan & ketidak seimbangan dibumi.

 

Allah berfirman di dalam QS. Al-Qasas (28) Ayat 77:

 

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.


Maka, janganlah menjadi manusia seperti yang tersebut dalam surat Al Fajr (89) : 15-16 diatas. Ketika dia diberi kesenangan, Allah dipuja dan dipujinya, tetapi ketika dia diberi kesulitan, Allah dihina dan dicacinya.

 

Manusia yang seperti itu, selama hidupnya akan terus merasa tersiksa dan selalu merugi. Ketika waktu lapang dia ingkar dan lupa kepada Allah. Dan Ketika waktu sempit dia tidak bersabar dan menjadi kufur nikmat. Hidupnya selalu berkeluh kesah serta berburuk sangka dalam perasaan dan penderitaan yang dibuatnya sendiri. Padahal sekali lagi, keadaan lapang dan sempit itu hanya merupakan ujian dari Allah.

 

Dan sebagai orang yang beriman, ketika iman dihunjamkan ke dalam hati, ketika lisan mantap bersaksi, dan ketika amal menjadi bukti ketulusan dalam menjalankan syari’at serta perintah-Nya, maka sungguh Allah akan terus mengujinya hingga ajal menjemput. Dan sikap orang yang beriman akan selalu dalam keadaan baik, apapun kondisi yang dihadapkan kepadanya.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang Mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya”. (HR. Muslim).