Ceria Bahagia di Bulan Rabiul Awwal
Maulid Nabi Terkasih

Keterangan Gambar : Gambar hanya ilustrasi
Hadirnya rasa Bahagia dengan lahirnya Baginda Nabi,
beliau telah membangun Madinah yang hingga kini menjadi Ibukota Peradaban
Islam, tetap merupakan hal penting untuk dihayati. Beberapa penjelasan di bawah
ini bisa menjadi bahan perenungan kita.
Disebutkan dalam Riwayat yang shohih, bahwa:
فَلَمَّا
مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا
لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي
هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ
Baca Lainnya :
Dan ketika Abu Lahab meninggal, ia pun
diperlihatkan kepada sebagian keluarganya di alam mimpi dengan keadaan yang
memprihatinkan. Sang kerabat berkata padanya, "Apa yang telah kamu
dapatkan?" Abu Lahab berkata."Setelah kalian, aku belum pernah
mendapati sesuatu nikmat pun, kecuali aku diberi minum lantaran memerdekakan
Tsuwaibah." (HR. Bukhory No. 4711)
Dalam syarah disebutkan
وفي
الحَديثِ: أنَّ اللهَ قدْ يُعطي الكافِرَ عِوَضًا مِن أعمالِه التي مِثلُها يكونُ
قُربةً لأهلِ الإيمانِ باللهِ تعالَى.
Pelajaran dalam hadits ini adalah: Sesungguhnya
Allah memberikan kepada orang kafir, sebagai kompensasi atas amalnya yang
seperti itu, karena kedekatannya kepada Ahlul Iman
Al-Hafiz Ibnu Hajar Al Asqolani menuliskan dalam kitabnya
Fathul Bari :
إن الرائي
له هو أخوه العباس وكان ذلك بعد سنة من وفاة أبي لهب بعد وقعة بدر ، وفيه أن أبا
لهب قال للعباس : إنه ليخفف علي في مثل يوم الاثنين قالوا : لأنه لما بشرته ثويبة
بميلاد ابن أخيه محمد بن عبد الله أعتقها من ساعته فجوزي بذلك لذلك
Artinya : “Bahawasanya lelaki keluarga Abu Lahab yang melihat di dalam
mimpi itu ialah Al-Abbas bin Abdul Mutholib. Adalah kejadian itu setahun
selepas kematian Abu Lahab. Dan di dalam mimpi itu Abu Lahab berkata kepada
Al-Abbas sungguhnya diringankan ke atasku pada setiap hari Senin.
Berkata mereka itu : Yang demikian itu adalah karena pada ketika Tsuwaibah membawa
khabar gembira kepada Abu Abu Lahab tentang kelahiran anak saudaranya
(yakni Muhammad bin Abdullah) lalu Abu
Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah pada saat itu juga. Lalu dibalas yang
demikian itu sebab memerdekakannya itu.”
قلت – أي
الحافظ ابن حجر - : وتتمة هذا أن يقع التفضل المذكور إكراما لمن وقع من الكافر
البر له ونحو ذلك . والله أعلم " انتهى.
" فتح الباري " (9/145-146)
Aku berkata – Yakni Al Hafizh Ibnu Hajar – kelanjutan penjelasan ini, bahwa
keutamaan tersebut di atas terjadi diberikan kepada orang kafir, karena adanya
rasa (gembira) memulyakan (kelahiran Nabi) sebagai kebaikan kepadanya, Wallohu
A’lam.
Al-Imām al-Ḥāfiz Shams al-Dīn Ibnu Nāṣir al-Dīn al-Dimashqī al-Shāfiʿī
(w.842H) - salah seorang ulama’ hadith terkenal di Damsyik, Syam (Syria) pada
zamannya.
Beliau menjadi “Al-Shaykh” di Dār al-Hadith al-Ashrafiyyah pada tahun
837 Hijrah.
Beliau menyebut di dalam kitabnya: “Mawrid al-Ṣādī fī Mawlid al-Hādī”
قَدْ صَحَّ
أَنَّ أَبَا لَهـَبٍ يُخَفَّفُ عَنْهُ عَذَابُ النَّارِ فِي مِثْلِ يَوْمِ
الْاِثْنَيْنِ لِإِعْتَاقِهِ ثُوَيْبَةَ سُرُورًا بِمِيلَادِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Telah sahih [riwayat] bahawa sesungguhnya Abu Lahab diringankan ke atasnya
‘azab Neraka pada setiap hari Senin karena dia pernah membebaskan Thuwaybah
lantaran gembira dengan kelahiran Nabi shollallahu alaihi wasallam.”
Kemudian beliau melantunkan
syair berikut:
إِذَا كَانَ
هٰذَا كَافِرٌ جَاءَ ذَمُّهُ وَتَبَّتْ يَدَاهُ فِي الْجـَحِيمِ مُخَلَّدَا
Sekiranya si kafir ini (Abu Lahab) yang sangat tercela dan kebinasaan
bagi kedua-dua tangannya lagi kekal di neraka;
أَتَى
أَنَّهُ فِي يَوْمِ الْاِثْنَيْنِ دَائِمًـا يُخَفَّفُ عَنْهُ لِلسُّرُورِ
بِأَحْمَدَا
setiap hari senin diringankan siksanya sebab ia bergembira dengan
lahirnya Ahmad (Rasulullah shollallahu alaihi wasallam)
فَمَا
الظًّنُّ بِالْعَبْدِ الَّذِي طُولَ عُمْرِهِ بِأَحْمَدَ مَسْرُورًا وَمَاتَ
مُوَحِّدَا
Maka apakah sangkaanmu dengan seorang hamba yang sepanjang umurnya bergembira
dengan [kelahiran/ kedatangan] Ahmad (Rasulullah shollallahu alaihi
wasallam) dan mati sebagai seorang yang mentauhidkan Allah? [pastinya
lebih besar ganjarannya di sisi Allah].
وَقَالَ الْبَيْهَقِيُّ: مَا وَرَدَ مِنْ بُطْلَان
الْخَيْر لِلْكُفَّارِ فَمَعْنَاهُ أَنَّهُمْ لَا يَكُون لَهُمْ التَّخَلُّص مِنْ
النَّار وَلَا دُخُول الْجَنَّة، وَيَجُوز أَنْ يُخَفِّف عَنْهُمْ مِنْ الْعَذَاب
الَّذِي يَسْتَوْجِبُونَهُ عَلَى مَا اِرْتَكَبُوهُ مِنْ الْجَرَائِم سِوَى
الْكُفْر بِمَا عَمِلُوهُ مِنْ الْخَيْرَات.
Keterangan-keterangan yang menjelaskan gugurnya kebaikan dari orang
kafir, maksudnya adalah bahwa mereka tidak akan selamat dari neraka dan tidak
akan masuk surga, tapi boleh saja siksaan mereka diringankan terhadap
dosa-dosa yang dilakukan selain kekafiran, sebab amal kebaikan yang mereka
lakukan.
Rujukan:
https://www.islamweb.net/ar/library/content/130/207/
https://dorar.net/hadith/sharh/4227
perbedaan pendapat bisa terjadi atas hal ini, ihat
هل ثبت شيء عن
تخفيف العذاب في النار لأبي لهب ؟ - الإسلام سؤال وجواب (islamqa.info)
