- Edisi 8 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 15-19
- Edisi 7 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 11-14
- Edisi 5 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 6-7 (Bagian 2)
- Israel Kembali Membom 2 (dua) sekolah di Gaza. 80% Korban adalah Anak-anak
- Ibrah dari Dua Momen Bersejarah di Bulan Dzulhijjah
- Sayyidul Istighfar
- Karena Tak Miliki Visa Haji, Sebanyak 24 Jamaah Asal Indonesia Ditangkap Polisi Saudi
- Edisi 6 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 8-10
- Edisi 4 Kajian Tafsir Tartibun Nuzul | Quran Surat Al Alaq Ayat 6-7 (Bagian 1)
- Raudhah, Taman dari Taman Surga di Masjid Nabawi
Apa Tanda Malam Lailatul Qadar?
Keterangan Gambar : Hanya ilustrasi
Saudaraku, pada sepertiga
terakhir dari bulan yang penuh berkah ini terdapat malam Lailatul Qadar, suatu
malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi malam-malam lainnya. Di antara
kemuliaan malam tersebut adalah Allah mensifatinya dengan malam yang penuh
keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيم
Baca Lainnya :
- Dahsyatnya Kekuatan Sedekah0
- Ramadhan yang Membakar0
- Peluang Taubat di Bulan Ramadhan0
- Maghfirah0
- Selepas Ramadhan Pergi0
“Sesungguhnya Kami
menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya
Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang
penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4). Malam yang diberkahi dalam ayat ini
adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar [97] : 1)
Keberkahan dan kemuliaan
yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ
مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam kemuliaan itu lebih
baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat
Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)
Kapan
Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul Qadar itu terjadi
pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ
الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar
pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di
malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap,
sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ
فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul
qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR.
Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di
tujuh malam terakhir bulan ramadhan itu lebih memungkinkan sebagaimana hadits
dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِى
لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ
عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Carilah lailatul qadar
di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia
dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)
Dan yang memilih pendapat
bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh sebagaimana ditegaskan oleh
Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. Namun pendapat yang paling kuat
dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul
Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari
sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun.
Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin
juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima tergantung
kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ،
فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah lailatul qadar
di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima
malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)
Catatan : Hikmah Allah menyembunyikan
pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar di antaranya adalah agar
terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut
dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan
sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai
rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan
demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh
pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang
penuh keberkahan ini. Aamiin Ya Sami’ad Da’awat.
Tanda
Malam Lailatul Qadar
1. Udara dan angin sekitar
terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ
سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا
ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah
malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu
dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.”
(HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh
/terpercaya)
2. Malaikat menurunkan
ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan
kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
3. Manusia dapat melihat malam
ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
4. Matahari akan terbit pada
pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar,
seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim)
(Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Semoga Allah memudahkan kita
untuk bisa meraih malam tersebut. Aamiin Yaa Mujibas Saailin.
Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal