- Kegiatan Seru untuk Gantikan Waktu Bermain Game Anak
- Berita Pergerakan Hamas Terbaru: Apa yang Perlu Anda Ketahui
- Strategi Affiliate Marketing untuk Monetisasi Blog Anda
- Strategi Terbaik untuk Monetisasi Blog Anda
- Mainan Kreatif yang Mengasah Imajinasi Anak
- Membedah Keakuratan Data Quick Count Pilkada 2024
- Makanan Berserat Tinggi: Rekomendasi untuk Anak yang Susah Makan
- Menulis untuk Kesehatan Mental
- Review: Minuman Herbal untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
- Makanan Organik vs. Konvensional: Mana yang Terbaik?
Rindu Syahadah di Medan Jihad
Alhamdulillah, segala puji
hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam- keluarga dan para
sahabatnya.
Keterangan hadits shahih
bahwa Jihad sebagai puncak amalan dalam Islam menjadi bukti bahwa jihad adalah
amal kebaikan tertinggi di dalam Islam. Bahkan tidak ada amal yang keutamaannya
bisa menandinginya. Karenanya, saat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam ditanya
perihal amal yang bisa menandingi jihad, beliau menjawab, "Aku tidak
mendapatkannya."
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Wahai Rasulullah,
Amalan apakah yang (pahalanya) sebanding dengan Jihad fi Sabilillah?” beliau
menjawab, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Mereka (para sahabat) mengulangi pertanyaan tersebut dua atau tiga kali, dan
jawaban beliau atas setiap pertanyaan itu sama, "Kalian tidak akan sanggup
mengerjakannya." Kemudian setelah yang ketiga beliau Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda,
Baca Lainnya :
"Perumpamaan seorang mujahid Fi Sabilillah adalah seperti orang yang
berpuasa yang mendirikan shalat lagi lama membaca ayat-ayat Allah. Dan dia
tidak berhenti dari puasa dan shalatnya, sehingga seorang mujahid fi sabilillah
Ta’ala pulang." (Muttafaq 'Alaih)
Kematian di medan jihad (syahid) terhitung sebagai kematian terbaik.
Saat nyawa dicabut, ia tak merasakan sakit kecuali seperti dicubit. Setelah itu
Arwah mereka ditempatkan di surga Firdaus yang tertinggi.
Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bersabda kepada Ummu Haritsah
binti Nu’man -putranya gugur di perang badar-ketika dia bertanya kepada beliau
(tentang nasib putranya): “Di mana dia?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: ”Sesungguhnya dia ada di surga Firdaus yang tinggi.” (HR. Al Bukhari)
Dalam Shahih Muslim, dari Masyruq Rahimahullah, berkata: "Kami
bertanya kepada Abdullah tentang ayat ini (QS. Ali Imran: 169)
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.“(QS.
Ali Imran: 169)
Dia menjawab, "adapun kami telah bertanya tentang hal itu (kepada
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam), lalu beliau menjawab:
"Sesungguhnya ruh-ruh para syuhada’ itu ada di dalam tembolok
burung hijau. Baginya ada lentera-lentera yang tergantung di 'Arsy. Mereka
bebas menikmati surga sekehendak mereka, kemudian singgah pada lentera-lentera
itu. Kemudian Rabb mereka memperlihatkan diri kepada mereka dengan jelas, lalu
bertanya: “Apakah kalian menginginkan sesuatu?” Mereka menjawab: “Apalagi yang
kami inginkan sedangkan kami bisa menikmati surga dengan sekehendak kami?” Rabb
mereka bertanya seperti itu sebanyak tiga kali. Maka tatkala mereka merasa
bahwasanya mereka harus minta sesuatu, mereka berkata, “Wahai Rabb kami! kami
ingin ruh kami dikembalikan ke jasad-jasad kami sehingga kami dapat berperang
di jalan-Mu sekali lagi. “Maka tatkala Dia melihat bahwasanya mereka tidak
mempunyai keinginan lagi, mereka ditinggalkan.” (HR. Muslim)
Rindu
Medan Jihad
Tidaklah setiap mukmin yang tahu keutamaan jihad, mati syahid dan
kedudukan syuhada’ di sisi Allah pasti menginginkan ia berada di medan jihad
dan gugur sebagai syahid. Begitulah yang disabdakan Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam,
“Tidak ada orang masuk surga lalu ia menginginkan kembali ke dunia
padahal ia memiliki segala sesuatu yang ada di dunia ini, kecuali orang yang
mati syahid. Dia bercita-cita untuk kembali ke dunia kemudian dibunuh, berulang
sepuluh kali, setelah dia melihat besarnya kemuliaan (mati syahid)” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Ibnu Baththal berkata, “Hadits ini adalah keterangan yang paling utama tentang
keutamaan jihad.” Dan tidak ada amal kebaikan dengan resiko kehilangan nyawa
yang selain jihad, karenanya pahalanya sangat besar.
Bahkan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sendiri mengaku menginginkan
hal itu,
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh aku senang
berperang di jalan Allah lalu terbunuh. Kemudian aku berperang lalu terbunuh.
Kemudian aku berperang lalu terbunuh." (Muttafaq 'Alaih, lafadz milik Imam
Muslim. Dalam redaksi lainnya, "Demi Dzat yang jiwa Muhammad di
tangan-Nya, sungguh aku senang terbunuh di jalan Allah lalu dihidupkan.")
Beliau menghinakan orang yang tidak memiliki semangat jihad dan tidak memiliki
keinginan terjun ke medan jihad.
Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda:
"Siapa yang meninggal sementara ia tidak pernah berperang
(berjihad) dan tidak pernah meniatkan untuknya, maka ia mati di atas cabang
kenifakan." (HR. Muslim)
Sabda beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang lain tentang orang yang tak mau
berandil dalam jihad sedikitpun,
“Barangsiapa belum pernah berperang, atau memberi bekal orang yang
berperang, atau menjaga keluarga orang yang berperang dengan baik, maka Alloh
akan menimpakan kegoncangan kepadanya sebelum datangnya hari kiamat.” (HR. Abû
Dâwud, Ibnu Majah, Thabrani, Al Baihaqi, Ibnu Abi Ashim dengan sanad Hasan)
Jawaban imamul mujahidin Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada orang yang ingin
masuk surga tanpa mau berjihad,
"Tidak shadaqah dan tidak jihad? Dengan apa engkau masuk
surga?" (Imam al-Hakim berkata: Hadits shahih. Al-Dzahabi menyepakatinya)
Karenanya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyemangati para sahabatnya
untuk memiliki andil dalam jihad fi sabilillah sesuai kemampuan dan
kapasitasnya. Sehingga setiap umat Islam tidak tertinggal dari pahala yang
besar.
Dari Anas Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda:
“Berjihadlah melawan kaum
musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu." (HR. Ahmad dan Nasa'i.
Hadits shahih menurut Hakim)
Dari Zaid bin Khalid
Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda,
"Siapa yang menyiapkan
kebutuhan seorang yang berperang fi sabilillah maka sungguh ia telah ikut
berperang. Dan siapa yang mengurus keluarga orang yang berperang fi sabilillah
dengan baik maka sungguh ia telah ikut berperang." (Muttafaq 'Alaih)
Rasulullah menyemangati para
sahabatnya untuk memiliki andil dalam jihad fi sabilillah sesuai kemampuan dan
kapasitasnya. . .
Makna ghazwah dalam hadits di atas adalah jihad. Maka orang yang menyiapkan
sesuatu untuk orang yang berperang adalah menyiapkan untuknya apa saja yang
dibutuhkan dalam safar dan perangnya. Apa keutamaan yang didapatkan orang yang
menyiapkan tadi? Dia mendapat pahala jihad atau dicatat untuknya pahala
berperang fi sabilillah walaupun ia tidak ikut berperang karena ia membantu
orang yang sedang berperang fi sabilillah.
Keutamaan mendapat pahala
berjihad juga didapatkan oleh orang yang ikhlas dan amanah memenuhi kebutuhan
keluarga mujahid yang ditinggalkan, berupa memenuhi nafkah keluarga tersebut,
mengobatkan yang sakit, membiayai pendidikan anak-anaknya, dan semisalnya.
Wallahu A’lam.
(sumber: internet)