Sadarilah Selagi Terbang

By Redaksi 25 Jan 2024, 06:34:36 WIB Nasihat Singkat
Sadarilah Selagi Terbang

Fenomena alam semesta begitu memukau lirikan mata setiap orang yang memandangnya. Terlelap dalam kejapan dan terlena dalam kedipan sanubari. Sukmamu seolah hanyut dalam gelombang ombak samudera indahnya keniscayaan. Dalam hayal merenggut segala kegalauan dan kegelisahan, seolah tanpa beban dan derita yang membelenggu dalam diri.

 

Pernahkah kita menangis karena lalai melakukan ketaatan dalam melaksanakan perintah-Nya? Berapa banyak manusia terlalaikan karena mengejar impian dan cita cita? Berapa banyak manusia terbelenggu dan terlena dalam harapan palsu yang tak pasti, hanya karena mengejar hasrat (ambisi) dan pujian sesaat dan menyesatkan? Atau pernahkah kita menangis karena takut akan azab-Nya yang begitu dahsyat menimpa kita tanpa  ada yang bisa menghentikannya...?

Baca Lainnya :

 

Baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Surga dan neraka ditampakkan kepadaku. Maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

 

Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan.” (HR. Muslim, no. 2359)

 

Tidak sedikit diantara manusia yang merasa nyaman hanya karena lagi ditinggikan derajatnya. Urusannya dipermudah. Rezekinya berlimpah ruah. Harta bendanya serba megah. Dan kedudukannya bertambah cerah. Sehingga amal ibadahnya seolah paling sempurna. Padahal dilain sisi niatnya bukan untuk mencari Allah tapi ada goresan noda yang terselip berharap ingin dipuji dan disanjung tentang "siapa kita".

 

Setiap amal sholatnya berharap hartanya semakin bertambah dan berlimpah. Setiap amal sedekahnya berharap pujian seorang yang  dia yang paling baik dan paling dermawan. Setiap amal tahajudnya berharap agar dia dapat kedudukan yang lebih tinggi. Setiap amal umroh dan hajinya berharap gelar dan panggilan bahkan bagaikan sebuah undian berhadiah yang akan mendapatkan keuntungan besar dan berlipat ganda dari biaya yang sudah dikeluarkan,  seolah hanya dirinya lah yang sudah sempurna menjalankan syari’at Islam karena telah terbukti dari ijabah do’a yang dipanjatkan.

 

Padahal rezeki itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan ketaatan dan kekhusuan kita menjalankan ibadah. Rezeki itu merupakan ketetapan ajali yang sudah tertulis di dalam lembaran suci yang dibukukan (lauh mahfuzh).

 

Memang antara kesalehan seseorang dalam menjalankan ibadah dengan rezeki yang diberikan itu seolah ada kaitannya karena terpaut sangat tipis seperti halnya kulit ari dengan aliran darah kita lewat saluran urat nadi. Padahal mengalirnya darah dan terjadinya kulit itu sudah mengikuti takdir dan kehendak Allah yang memiliki fungsi dan tugas masing-masing, walaupun sepertinya seolah-olah itu adalah hasil dari perbuatan kita.

 

Artinya tidak berarti karena kita menjadi sholeh dan taat beribadah kemudian rezeki jadi berlimpah dan berkah, walaupun mungkin saja karena Allah ingin mengujinya dengan harta dan kedudukan atau karena Maha kasih-Nya dan Maha mensyukuri-Nya Allah kepada hamba-Nya yang istimewa.

 

Oleh karena itu setiap amal ibadah yang kita lakukan, apakah sholatnya, shaumnya, sedekahnya, umroh & hajinya, bahkan jihad fisabilillah sekalipun, jangan pernah terbersit niat lantaran ingin mendapatkan  keuntungan dunia semata. Tapi cukuplah luruskan (sucikan) niat itu sebagai bentuk ketakwaan dan kepatuhan kita kepada Allah Azza wa Jalla. Dan jangan biarkan tipu daya syetan mengotori niatan suci kita hingga merusak amal sholih yang dilakukan, menggelincirkan kita masuk ke dalam lembah hawa nafsu duniawi yang fana.

 

Allah SWT berfirman:

        

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لاَ يُبْخَسُوْنَ  أُولَئِكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hûd 11 : 15-16)

 

Dalam tafsir Ibnu Katsir ayat diatas menjelaskan bahwa jangan sampai seseorang beribadah karena berharap ingin mendapatkan imbalan dunia. Karena ibadahnya akan jadi tidak berguna dan sia-sia ketika dihadapan Allah nanti seluruh amalannya akan dihapuskan.

 

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا. وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا.

“Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al-Isrâ`17 : 18-19)

          

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْ

“Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat”. (QS. Asy-Syūrā : 20)

 

Ayat ini menjelaskan juga tentang orang-orang yang melaksanakan amal sholeh (ibadah) tapi hanya berharap untuk mendapatkan duniawi maka mereka diakhirat kelak tidak akan mendapatkan apa-apa.

 

Wallahu a’lamu bishowwab.