- Kegiatan Seru untuk Gantikan Waktu Bermain Game Anak
- Berita Pergerakan Hamas Terbaru: Apa yang Perlu Anda Ketahui
- Strategi Affiliate Marketing untuk Monetisasi Blog Anda
- Strategi Terbaik untuk Monetisasi Blog Anda
- Mainan Kreatif yang Mengasah Imajinasi Anak
- Membedah Keakuratan Data Quick Count Pilkada 2024
- Makanan Berserat Tinggi: Rekomendasi untuk Anak yang Susah Makan
- Menulis untuk Kesehatan Mental
- Review: Minuman Herbal untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
- Makanan Organik vs. Konvensional: Mana yang Terbaik?
Sadarilah Selagi Terbang

Fenomena
alam semesta begitu memukau lirikan mata setiap orang yang
memandangnya. Terlelap dalam kejapan dan terlena dalam kedipan
sanubari. Sukmamu seolah hanyut dalam gelombang ombak samudera indahnya
keniscayaan. Dalam hayal merenggut segala kegalauan dan kegelisahan,
seolah tanpa beban dan derita yang membelenggu dalam diri.
Pernahkah
kita menangis karena lalai melakukan ketaatan dalam melaksanakan
perintah-Nya? Berapa banyak manusia terlalaikan karena mengejar impian dan
cita cita? Berapa banyak manusia terbelenggu dan terlena dalam harapan
palsu yang tak pasti, hanya karena mengejar hasrat (ambisi) dan pujian sesaat
dan menyesatkan? Atau pernahkah kita menangis karena takut akan azab-Nya yang
begitu dahsyat menimpa kita tanpa ada yang bisa menghentikannya...?
Baca Lainnya :
- Persaudaraan Yang Mendatangkan Rahmat Allah 0
- Kaya dan Miskin Adalah Ujian Bagi Orang Beriman0
- Menuju Falah0
- Tetaplah Bersabar dan Istiqomah0
- Selepas Ramadhan Pergi0
Baginda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Surga dan neraka
ditampakkan kepadaku. Maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan
keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku
ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Anas
bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang
lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala
mereka sambil menangis sesenggukan.” (HR. Muslim, no. 2359)
Tidak
sedikit diantara manusia yang merasa nyaman hanya karena lagi ditinggikan
derajatnya. Urusannya dipermudah. Rezekinya berlimpah ruah. Harta
bendanya serba megah. Dan kedudukannya bertambah cerah. Sehingga amal
ibadahnya seolah paling sempurna. Padahal dilain sisi niatnya bukan untuk
mencari Allah tapi ada goresan noda yang terselip berharap ingin dipuji dan
disanjung tentang "siapa kita".
Setiap
amal sholatnya berharap hartanya semakin bertambah dan berlimpah. Setiap
amal sedekahnya berharap pujian seorang yang dia yang paling baik
dan paling dermawan. Setiap amal tahajudnya berharap agar dia dapat
kedudukan yang lebih tinggi. Setiap amal umroh dan hajinya berharap gelar
dan panggilan bahkan bagaikan sebuah undian berhadiah yang akan mendapatkan
keuntungan besar dan berlipat ganda dari biaya yang sudah
dikeluarkan, seolah hanya dirinya lah yang sudah sempurna
menjalankan syari’at Islam karena telah terbukti dari ijabah do’a yang
dipanjatkan.
Padahal
rezeki itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan ketaatan dan kekhusuan kita
menjalankan ibadah. Rezeki itu merupakan ketetapan ajali yang sudah
tertulis di dalam lembaran suci yang dibukukan (lauh mahfuzh).
Memang
antara kesalehan seseorang dalam menjalankan ibadah dengan rezeki yang
diberikan itu seolah ada kaitannya karena terpaut sangat tipis seperti halnya
kulit ari dengan aliran darah kita lewat saluran urat nadi. Padahal
mengalirnya darah dan terjadinya kulit itu sudah mengikuti takdir dan
kehendak Allah yang memiliki fungsi dan tugas masing-masing, walaupun
sepertinya seolah-olah itu adalah hasil dari perbuatan kita.
Artinya
tidak berarti karena kita menjadi sholeh dan taat beribadah kemudian rezeki
jadi berlimpah dan berkah, walaupun mungkin saja karena Allah ingin mengujinya
dengan harta dan kedudukan atau karena Maha kasih-Nya dan Maha mensyukuri-Nya
Allah kepada hamba-Nya yang istimewa.
Oleh
karena itu setiap amal ibadah yang kita lakukan, apakah sholatnya, shaumnya,
sedekahnya, umroh & hajinya, bahkan jihad fisabilillah sekalipun, jangan
pernah terbersit niat lantaran ingin mendapatkan keuntungan dunia
semata. Tapi cukuplah luruskan (sucikan) niat itu sebagai bentuk ketakwaan
dan kepatuhan kita kepada Allah Azza wa Jalla. Dan jangan biarkan tipu daya
syetan mengotori niatan suci kita hingga merusak amal sholih yang dilakukan,
menggelincirkan kita masuk ke dalam lembah hawa nafsu duniawi yang fana.
Allah
SWT berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لاَ
يُبْخَسُوْنَ أُولَئِكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلاَّ
النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barangsiapa
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh
atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat
kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di
dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hûd 11 : 15-16)
Dalam
tafsir Ibnu Katsir ayat diatas menjelaskan bahwa jangan sampai seseorang
beribadah karena berharap ingin mendapatkan imbalan dunia. Karena ibadahnya
akan jadi tidak berguna dan sia-sia ketika dihadapan Allah nanti seluruh
amalannya akan dihapuskan.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا
لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ
يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا. وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا
سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا.
“Barang
siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di
(dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami
kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia
akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa
menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh,
sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al-Isrâ`17 : 18-19)
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ
لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا
نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْ
“Barang
siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu
baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan
kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat
bagian di akhirat”. (QS.
Asy-Syūrā : 20)
Ayat
ini menjelaskan juga tentang orang-orang yang melaksanakan amal sholeh (ibadah)
tapi hanya berharap untuk mendapatkan duniawi maka mereka diakhirat kelak tidak
akan mendapatkan apa-apa.
Wallahu
a’lamu bishowwab.
